Jumat, 22 Juni 2007
Pelaksanaan adat Ngampar bide di betang
Borneo Tribune, Pontianak
Berbagai persiapan menyambut kegiatan gawai Dayak se Kalimantan telah dipersiapkan panitia. Betang yang terletak di Jalan Sutoyo tampak mulai ramai dan semarak dihias berbagai pernik yang indah. Umbul-umbul juga dipasang disana.
Jumat (18/05), acara ngampar (hampar) bide pertanda gawai akan dilaksanakan telah dipersiapkan cukup matang. Saat itu acara dipimpin panyangahatn (pembaca doa) Kasausius Kasan (57). Berbagai hasil bumi sebagai simbol panen dikeluarkan untuk didoakan.
Acara ini merupakan salah satu dari rangkaian acara adat yang akan dilaksanakan di betang, sekaligus sebagai pembuka acara adat. “Makna dari hampar bide sendiri adalah sebagai pertanda kesiapan dalam menerima tamu dalam gawai,” terang Britius Erik, panitia penyelenggara adat Ngampar bide, menjelaskan.
Secara historis, hampar bide dilaksanakan setiap tahun, setelah panen. Hal ini sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diberikan oleh Yang Kuasa.
Menurut Martinus, pengurus adat Sungai Raya, apabila ada kekurangan dalam pelaksanaan acara tersebut, pasti ada pertanda yang menunjukkan sesuatu tidak baik. “Bahkan, panyangahatn dapat menjadi kerasukan,” ungkapnya.
Hampar bide sendiri, terdiri atas beberapa prosesi. Pertama upacara bapipis manta atau nyangahatn manta’ (doa dengan menyajikan hasil bumi, ayam, dan daging babi yang belum dimasak), nyangahatn masak (doa dengan hasil bumi, daging ayam, dan daging babi yang sudah dimasak), pantak Ne’ Ringo (doa kepada pamangka atau penunggu betang untuk keselamatan), dan bapadah ka rumah panyugu (menyerahkan hasil panen dan permisi untuk melaksanakan acara gawai).
Doa yang dipanjatkan, berdasarkan kondisi dengan tujuan yang sama, yaitu keselamatan dan berkah. Panyangahant sendiri mengucapkan doa-doa secara spontan, tanpa teks. Hal ini tidak dipelajari sebelumnya. “secara turun-temurun,” ujar Kasan.
Kasan melanjutkan, bahwa pangkaras janganlah dilupakan dalam acara ini (melalui simbol koin yang diletakkan pada beras dalam piring). Karena pangkaras menunjukkan sumangat atau jiwa kita. Diharapkan dengan doa yang dipanjatkan, semua sumangat dalam hasil panen, dapat kembali dengan berlimpah.
Acara adat lain yang akan dilakukan di betang adalah adat baliant, mamandung, nginjak tanah, mamandank, dan adat ngayau.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar