Jumat, 22 Juni 2007
Cat Muzium Rahasia Kuching
catatan perjalanan (3)
Unicatay travel and tour SDN.BHD bernomor kendaraan QKV 2929 mengantarkan rombongan untuk check in di Merdeka Hotel, Jalan Tun Abang Haji Openg, 93000 Kuching setelah bertemu dengan konsulat RI.
“Berkumpul di lobby hotel jam dua setengah petang,” ujar Then Kim Hin, tour guide selama perjalanan sebelum rombongan Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) berhamburan keluar menuju meja resepsionis.
Pukul 12.05 waktu Malaysia rombongan mengantre untuk mendapatkan pembagian kunci kamar yang diatur oleh ketua rombongan. Saat nama peserta dipanggil satu persatu meninggalkan lobby menuju kamarnya masing-masing.
Kunci kamar hotel menyerupai kartu elektronik dengan sistem gesek. Kunci tersebut juga digunakan dalam lift yang digunakan untuk mencapai lantai kamar yang telah ditentukan. Kamar 412 merupakan tempat peraduan saya selama dua hari di Kuching. Kamar itu berukuran 6x4 meter. Dua dipan single bad dibatasi dengan sebuah meja kecil dengan sambungan radio pada lacinya yang akan hidup otomatis bersama dengan nyala lampu. Sebuah telepon, jam weker, dan buku daftar pengguna telepon di Kuching berada di atas meja tersebut.
1x1 meter dari ruangan kamar sisi kanan digunakan untuk lemari pakaian dari kayu furniture. Di samping lemari bersandar sebuah meja kayu dengan tinggi setengah meter, yang digunakan untuk menempatkan sebuah televisi 17 inch. Di belakang televisi, bagian tengah dinding kamar berwarna krem tergantung dua buah foto berpigura yang disusun bertingkat. Rukshaw 1950 merupakan foto angkutan lama seperti becak dua roda yang ditarik menggunakan tangan yang diletakkan di bagian atas. Main Bazaar 1948, merupakan foto pasar lama, tepat di bawah foto Rukshaw.
Sebuah foto lainnya, terletak di bagian tengah dinding kamar sisi kiri. Gambar sebuah jalan dengan bangunan tua, berjudul Khoo Hun Yeang Street pada bawah foto. Di sudut ruangan terdapat sebuah lampu duduk semeter. Di sampingnya, sebuah meja dengan alas karpet, sama seperti karpet lantai.
Pintu pembatas antara kamar dan kamar mandi menempel sebuah kaca panjang. Kamar mandi dengan shower dalam ruang berukuran 1x1 meter dengan pintu yang terbuat dari bahan kaca.
Waktu selama dua jam, saya gunakan untuk membersihkan diri dan beristirahat sejenak. Kepenatan sangat terasa, karena perjalanan lebih dari 12 jam berada di bis. Pukul 14.00 waktu Malaysia, saya berada di lobby hotel menunggu rombongan IPKB lainnya.
Pukul 14.30 perjalanan rombongan IPKB selanjutnya menuju Cat Muzium yang berlokasi tepat di lantai bawah dewan Bandaraya Kuching Utara, Bukit Siol, Jalan Semariang, Petra Jaya. Perjalanan ke museum dari hotel melewati jembatan panjang yang menghubungkan daerah Petra Jaya dan Kuching Selatan. Kedua daerah ini dibatasi oleh sungai Sarawak sepanjang 130 km yang bagian hilirnya langsung menuju Laut Cina Selatan. “Bangunan dengan atap seperti kubah di sane merupakan dewan bandaraya Kuching Utare,” ujar Then dengan logat khas Malaysia memberitahu rombongan saat melewati jembatan.
30 menit perjalanan dihabiskan untuk menuju tempat tersebut. Lokasi yang berada di atas bukit menampilkan pemandangan indah kota Kuching dari atas.
Cat muzium terdiri atas empat bagian galeri. Galeri A menampilkan patung kuching aneka bentuk yang dibuat dari bahan keramik. Galeri B gambar dan keterangan macam-macam kucing. Galeri C berisi cerita kucing dari etnis Melayu, Cina, dan Jepang. Galeri D berisi rak-rak yang berisi macam-macam kucing yang telah diawetkan. Galeri kucing menurut Shareena Mohammad Sallen, pengurus Cat Muzium pertama kali dibangun di Sarawak pada 1987. “This muzium dipindahkan kat sini in nineteen ninety three.” ujar Shareen memberitahu.
Menurut Shareen, galeri kucing yang dipamerkan sebagian berasal dari galeri yang lama. Lagipula, museum ini merupakan satu-satunya museum kucing terlengkap di dunia. Koleksi yang ada merupakan awetan asli kucing yang menghuni pulau Borneo. “Tak jual lah,” ujarnya.
Banyak negara yang tertarik untuk memiliki koleksi tersebut dengan cara membeli. “This one, nak dibeli UK beberape ratos ribu pound, two year ago.” Shareen menerangkan sambil menunjuk awetan kucing merah (Bay cat) yang saat ini keberadaannya hampir punah.
Sejarah mengenai kota Kuching juga tertulis dan dipamerkan di sisi kiri bangunan.
Rombongan selanjutnya diajak menuju lantai atas bangunan menggunakan lift. Lantai ketujuh dari bangunan tersebut sebelumnya melewati kantor Walikota Kuching Utara yang ruangannya tidak dapat dilihat di lantai empat.
Ruangan bulat di lantai tujuh itu biasanya digunakan untuk acara resmi walikota dan pihak kerajaan. Langit-langit ruangan dihiasi dengan kain berwarna kuning, hitam, dan merah, yang disusun berselang-seling. Dari lantai tujuh ini pula, gunung Sentubong dan gunung Sejinjang makin terlihat indah, dengan pulau kera yang berada di tengahnya. (bersambung)
Unicatay travel and tour SDN.BHD bernomor kendaraan QKV 2929 mengantarkan rombongan untuk check in di Merdeka Hotel, Jalan Tun Abang Haji Openg, 93000 Kuching setelah bertemu dengan konsulat RI.
“Berkumpul di lobby hotel jam dua setengah petang,” ujar Then Kim Hin, tour guide selama perjalanan sebelum rombongan Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) berhamburan keluar menuju meja resepsionis.
Pukul 12.05 waktu Malaysia rombongan mengantre untuk mendapatkan pembagian kunci kamar yang diatur oleh ketua rombongan. Saat nama peserta dipanggil satu persatu meninggalkan lobby menuju kamarnya masing-masing.
Kunci kamar hotel menyerupai kartu elektronik dengan sistem gesek. Kunci tersebut juga digunakan dalam lift yang digunakan untuk mencapai lantai kamar yang telah ditentukan. Kamar 412 merupakan tempat peraduan saya selama dua hari di Kuching. Kamar itu berukuran 6x4 meter. Dua dipan single bad dibatasi dengan sebuah meja kecil dengan sambungan radio pada lacinya yang akan hidup otomatis bersama dengan nyala lampu. Sebuah telepon, jam weker, dan buku daftar pengguna telepon di Kuching berada di atas meja tersebut.
1x1 meter dari ruangan kamar sisi kanan digunakan untuk lemari pakaian dari kayu furniture. Di samping lemari bersandar sebuah meja kayu dengan tinggi setengah meter, yang digunakan untuk menempatkan sebuah televisi 17 inch. Di belakang televisi, bagian tengah dinding kamar berwarna krem tergantung dua buah foto berpigura yang disusun bertingkat. Rukshaw 1950 merupakan foto angkutan lama seperti becak dua roda yang ditarik menggunakan tangan yang diletakkan di bagian atas. Main Bazaar 1948, merupakan foto pasar lama, tepat di bawah foto Rukshaw.
Sebuah foto lainnya, terletak di bagian tengah dinding kamar sisi kiri. Gambar sebuah jalan dengan bangunan tua, berjudul Khoo Hun Yeang Street pada bawah foto. Di sudut ruangan terdapat sebuah lampu duduk semeter. Di sampingnya, sebuah meja dengan alas karpet, sama seperti karpet lantai.
Pintu pembatas antara kamar dan kamar mandi menempel sebuah kaca panjang. Kamar mandi dengan shower dalam ruang berukuran 1x1 meter dengan pintu yang terbuat dari bahan kaca.
Waktu selama dua jam, saya gunakan untuk membersihkan diri dan beristirahat sejenak. Kepenatan sangat terasa, karena perjalanan lebih dari 12 jam berada di bis. Pukul 14.00 waktu Malaysia, saya berada di lobby hotel menunggu rombongan IPKB lainnya.
Pukul 14.30 perjalanan rombongan IPKB selanjutnya menuju Cat Muzium yang berlokasi tepat di lantai bawah dewan Bandaraya Kuching Utara, Bukit Siol, Jalan Semariang, Petra Jaya. Perjalanan ke museum dari hotel melewati jembatan panjang yang menghubungkan daerah Petra Jaya dan Kuching Selatan. Kedua daerah ini dibatasi oleh sungai Sarawak sepanjang 130 km yang bagian hilirnya langsung menuju Laut Cina Selatan. “Bangunan dengan atap seperti kubah di sane merupakan dewan bandaraya Kuching Utare,” ujar Then dengan logat khas Malaysia memberitahu rombongan saat melewati jembatan.
30 menit perjalanan dihabiskan untuk menuju tempat tersebut. Lokasi yang berada di atas bukit menampilkan pemandangan indah kota Kuching dari atas.
Cat muzium terdiri atas empat bagian galeri. Galeri A menampilkan patung kuching aneka bentuk yang dibuat dari bahan keramik. Galeri B gambar dan keterangan macam-macam kucing. Galeri C berisi cerita kucing dari etnis Melayu, Cina, dan Jepang. Galeri D berisi rak-rak yang berisi macam-macam kucing yang telah diawetkan. Galeri kucing menurut Shareena Mohammad Sallen, pengurus Cat Muzium pertama kali dibangun di Sarawak pada 1987. “This muzium dipindahkan kat sini in nineteen ninety three.” ujar Shareen memberitahu.
Menurut Shareen, galeri kucing yang dipamerkan sebagian berasal dari galeri yang lama. Lagipula, museum ini merupakan satu-satunya museum kucing terlengkap di dunia. Koleksi yang ada merupakan awetan asli kucing yang menghuni pulau Borneo. “Tak jual lah,” ujarnya.
Banyak negara yang tertarik untuk memiliki koleksi tersebut dengan cara membeli. “This one, nak dibeli UK beberape ratos ribu pound, two year ago.” Shareen menerangkan sambil menunjuk awetan kucing merah (Bay cat) yang saat ini keberadaannya hampir punah.
Sejarah mengenai kota Kuching juga tertulis dan dipamerkan di sisi kiri bangunan.
Rombongan selanjutnya diajak menuju lantai atas bangunan menggunakan lift. Lantai ketujuh dari bangunan tersebut sebelumnya melewati kantor Walikota Kuching Utara yang ruangannya tidak dapat dilihat di lantai empat.
Ruangan bulat di lantai tujuh itu biasanya digunakan untuk acara resmi walikota dan pihak kerajaan. Langit-langit ruangan dihiasi dengan kain berwarna kuning, hitam, dan merah, yang disusun berselang-seling. Dari lantai tujuh ini pula, gunung Sentubong dan gunung Sejinjang makin terlihat indah, dengan pulau kera yang berada di tengahnya. (bersambung)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar