a traveler, a backpacker, food lover

Jumat, 22 Juni 2007

Menikmati Makanan ala Hongkong

Tidak ada komentar :


Borneo Tribune, Pontianak

Bila ingin menikmati makanan Hongkong, Anda tidak perlu terbang jauh sampai ke negara yang menjadi salah satu tujuan bagi pencari kerja dari Indonesia ini. Arahkan saja kendaraan Anda menuju Jalan Hijas No. 8-10, Pontianak. Sebuah bangunan sisi kanan dari Jalan Gajahmada, yang tak seberapa jauh dari Jalan Tanjungpura, akan Anda temukan tulisan Warung Dim Sum pada spanduk putih di bagian depan bangunan.
Warung yang dibuka mulai 26 April 2007 ini, mempunyai menu pilihan yang siap menggoyang lidah Anda dengan harga terjangkau. Menurut Titin Agustina, Akuntan dan Administrasi warung Dim Sum, huruf S, M, L, dan XL yang tertera pada nota pemesanan, merupakan harga makanan yang di pesan. Harga ini berurutan adalah Rp. 6.900, Rp. 7.900, Rp. 8.900, dan Rp. 10.900. “Kami menerapkan sistem harga seperti di Singapura,” ujar Titin.
Warung Dim Sum juga halal, karena daging yang digunakan adalah daging udang dan ayam. Selain itu, setiap masakan yang dibuat tidak menggunakan vetcin. Setiap Minggunya, warung ini menawarkan menu baru berdasarkan permintaan dari customer.
Menurut Djaoe Sudiarto, Manajer Operasional, warung Dim Sum dibuka pukul 06.00 hingga 14.00 setiap harinya. Berdasarkan asalnya, makanan ini merupakan menu untuk sarapan.
Menu yang dipesan juga disajikan dengan anyaman bambu yang dibentuk bulat, dan disteam (dikukus-Red) pada steamer yang terletak di tengah ruangan. Bambu tersebut, ujar Titin, dipesan khusus dari Jakarta, karena belum ada pengerajin di Pontianak yang membuatnya.
Warung ini, menurut Djaoe, banyak didatangi oleh keluarga, terutama pada Minggu. Selain itu, pasangan muda-mudi dan para pebisnis, sering melakukan temu janji seraya menikmati santap siang. “Pernah pula dijadikan tempat untuk kumpul dan sekedar ngemil sebelum arisan.” ujar Djaoe memberitahu.
Menurut Agus Siswanto, Kepala Dapur, bakpau ayam merupakan menu yang paling lama pembuatannya. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan untuk pembungkus isi, mendapatkan perlakuan khusus. “Adonannya harus di simpan selama 20 jam, agar mengembang,” ujar Agus memberitahu. Bahan yang digunakan untuk mengolah makanan yang tertera di menu, sebagian berasal dari luar negeri. “Kualitas dan rasa makanan berbeda bila menggunakan bahan dari Indonesia.” Ujar Agus seraya tersenyum.
Agus merupakan salah satu dari 19 karyawan yang bekerja di warung Dim Sum. Keahlian untuk mengolah makanan Dim Sum ini, dipelajari Agus dari seorang shifu (ahli-Red) dari Singapura.
Menu yang dapat Anda nikmati di tempat ini adalah cheong fun udang. Makanan ini berbentuk mirip dengan resoles. Bedanya, cheong fun udang tidak digoreng, melainkan dikukus. Cheong fun udang disajikan dengan taburkan bawang goreng di atasnya, dan sedikit kuah sebagai saos. Kulit luar cheong fun udang yang terbuat dari tepung terasa manis di lidah dan lembut. Daging udang yang menjadi isi, tidak diberi bumbu apapun. Walaupun terasa tawar tanpa bumbu, Anda dapat merasakan sedapnya daging udang alami yang terasa empuk. Biaya yang Anda keluarkan untuk menu ini, cukup dengan Rp. 8.900.
Hakau juga dapat menjadi menu kesukaan anda. Bentuk visual dari makanan ini, bundar. Warna kulit pembungkus isi serupa dengan cheong fun udang. Rasa kulit luar tersebut manis. Daging udang sebagai isi hakau, berpadu dengan manisnya bengkoang yang dipotong kecil dengan bentuk dadu. Hakau dapat anda nikmati dengan harga yang sama seperti cheong fun udang.
Bakpau ayam ditawarkan warung Dim Sum, seharga Rp.7.900. Kulit luarnya yang berwarna putih, terasa lembut di mulut. Rasa manisnya juga dapat membuat Anda ketagihan untuk memesan lagi. Isi bakpau yang dibuat dari daging ayam, terasa lunak dan manis. Kombinasi rasa yang sempurna dari garam dan gula yang dicampur dengan daging saat perebusan awalnya, terasa sekali saat daging bertemu dengan lidah Anda.
Siomay terlihat berminyak di luar kulitnya. Lemak ayam yang menjadi isi siomay, meluber dan menembus kulit siomay saat dikukus. Kulit siomay dipesan khusus dengan bentuk yang sudah ditentukan sebelumnya. Pesanan ini, dibeli di salah satu toko di Pontianak. Kulit luar itu terasa kenyal, tetapi manis. Daging ayam sangat empuk, dan menjadi isi yang nikmat. Pemanis makanan, berupa mutiara berwarna merah di atasnya.
Stim beras ketan berharga Rp.10.900. Makanan ini, dibungkus dengan daun teratai yang diimpor langsung dari Malaysia. Daun teratai akan memberikan tambahan rasa nikmat dan gurih pada stim beras ketan. Daging ayam yang menjadi isi, bercampur dengan telur asin yang diambil kuningnya saja.
Cakar ayam dapat menjadi nikmat bila diolah dengan bumbu dan racikan yang sempurna. Cakar ayam yang sebelumnya direbus minimal selama sejam dengan kayu manis, akan meresapkan rasa kayu manis pada cakar ayam tersebut. Makanan berkuah dengan warna merah, dibuat dari beras ketan.
Semua makanan Dim Sum, di kukus selama tiga menit, dengan suhu yang telah di atur. Silahkan mencoba, dan Anda tak perlu membeli tiket ke Hongkong. *

Tidak ada komentar :