a traveler, a backpacker, food lover

Jumat, 22 Juni 2007

Artis, RTM, Keramik

Tidak ada komentar :

Laporan dari Kuching (5)


Lobi hotel merdeka sudah sepi pukul 01.30 waktu Malaysia pada Sabtu (9/6). hanya Azrip, Rasya, dan Amri, pelajar sekolah menengah asal Miri, menempati sofa empuk dekat hotel shop. seorang berkepala plontos, masuk ke hotel. Sosok Joe Flyzoo, pemusik rap asal Malaysia, menuju lift. “Too Phat?.” tanya saya pada Azrip dan rekannya, yang disambut dengan anggukan kepala. kesempatan ini saya gunakan untuk berfoto bersama dengan salah satu personil Too Phat itu. “Maliq tak ikot,” jawab Zoo, saat saya tanya rekannya.
Zoo tergesa dan tak mempunyai waktu untuk wawancara. “Nak hangout,” ujarnya memberi alasan. Langkahnya menuju lift. rasa kantuk saya tertahan lagi, saat Azrip mengatakan ada pemusik lagi yang menginap di hotel yang sama.
Tak berapa lama, personil Gerhan Ska Cinta, tampak masuk ke hotel. “abes show di AB theatre,” ujar Eddy, sang vokalis. Grup musik ini telah mengeluarkan 2 album, Boss-Sound, The New Otentik, dengan mengandalkan musik dan lirik. “satu lagi indipendent album,” Eddy memberitahu. perbincangan dengan Eddy terputus, saat mereka dijemput untuk private party setelah show. Saya pun, menuju kamar hotel untuk beristirahat.
Pukul 08.00 waktu Malaysia, menikmati sarapan pagi di Aurora Court Hotel Merdeka, dengan menu segelas kopi yang ditambah sedikit cream, bihun goreng, daging ayam yang dimasak dengan bumbu kari, dan salad dengan guyuran mayonais. Ruang makan bebas merokok, menjadi tempat pilihan untuk menikmati santapan tersebut. Selesai menikmati sarapan, saya mengambil tas di kamar, karena bis tour travel telah menunggu di pinggir jalan, depan hotel.
Tempat kunjungan yang dilakukan rombongan IPKB adalah Radio dan Televisyen Malaysia (RTM) yang berada di Jalan P. Ramlee 93614 Kuching, Sarawak. Sesuai dengan nama jalannya, kantor RTM dipenuhi pula dengan foto-foto dari film yang pernah diperankan oleh aktor yang menjadi legenda di Malaysia. Suasana di RTM sepi, karena hari Sabtu dan Minggu, merupakan hari libur. “harap maaf bile name-name tak dikenali. Sudah biase kat sini?.” ujar Muksin, Pengarah Taklimat RTM, dengan ramah saat rombongan berkumpul di ruang studio RTM. Jawaban yang diberikan pun beragam, banyak yang baru sekali.
RTM merupakan perubahan nama yang ketiga, setelah Radio Sarawak dan Radio Malaysia Sarawak. Perubahan ini dilakukan pada 31 Agustus 1975, sekaligus memperkenalkan siaran televisi hitam-putih, di Sarawak. Saat ini, RTM mempunyai siaran secara nasional, provinsi, dan kota provinsi. Terdapat beberapa bahasa yang digunakan dalam siaran RTM, antara lain Inggris, Cina, Iban, Bidayuh, Kenyan, Bisaya, Lun Bawang, Melayu.
Menurut Hajah Siam Aji Ali, Pengarah Jabatan Penyiaran Kawasan RTM, pernah ada kerjasama yang dilakukan dengan Indonesia. Akan tetapi, terputus pada 2004. Kerjasama ini meliputi kerjasama program acara gendang berpantun yang dilakukan melalui radio. “Diharapkan kerjasama ini dapat dilakukan lagi secepatnya.” lanjutnya.
Direksi Radio dan Televisyen yang berada di bawah naungan RTM, berada di kantor yang sama, tetapi terpisahkan ruangannya. “Walaupun sebumbung, tapi tak sebilik,” ujar Siam Aji Ali memberitahu.
Acara dilanjutkan dengan melihat ruang siaran langsung untuk televisi dan radio. siaran secara langsung juga dilakukan di Sarawak FM, oleh Sudirman Bonaparte, Ketua Radio Republik Indonesia, Fauzan, Kepala BKKBN, dan Kasmiati, BKKBN pusat.
Pukul 11.00 waktu Malaysia, rombongan IPKB meninggalkan kantor RTM, dan melanjutkan perjalanan ke tempat pengerajin keramik.
Yong Huat Heng Easternware Factory, merupakan perusahaan keluarga yang telah dijalankan secara turun temurun. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembuatan pasu (keramik-red). Menurut Ang Yoen Teck, pemilik perusahaan, kerajinan ini mulai dijalankan pada 1962. Saat ini, perusahaan mempekerjakan 13 orang.
Setiap harinya, menurut Ang, pekerja dapat menghasilkan 40 keramik dalam berbagai bentuk. Penjualan hasil keramik Yong Huat Heng telah di ekspor ke Eropa. Sebanyak 8 hingga 20 kontainer keramik yang diekspor setiap bulannya. Penghasilan yang diperoleh dari hasil ekspor ini, mencapai 30.000 RM.
Ang juga menunjukkan proses pembuatan keramik mulai dari pemisahan tanah, pengepresan, pembentukan tabung, pembentukan, pengukiran, pewarnaan dan pemanasan keramik.
kunjungan berakhir dengan pemberian potongan sebesar 50% untuk setiap keramik yang dibeli oleh rombongan IPKB. Acara kunjungan dari perjalanan rombongan IPKB, berakhir dan kembali ke Pontianak. (habis) □

Tidak ada komentar :