Kamis, 24 Maret 2011
Refreshing? ke Pasar Malam Saja
Semua orang, baik di pedesaan maupun di perkotaan, butuh hiburan untuk melepas penat dan kejenuhan akan rutinitas kerja sehari-hari. Apapun hiburannya, pasti akan membantu melemaskan syaraf-syaraf yang tegang akibat lelah. Tergantung bagaimana setiap individu menikmati hiburan tersebut.
Bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan, mungkin banyak pilihan untuk memilih hiburan. Asal, menyiapkan banyak dana di dompet. Namun, bagi masyarakat di pedesaan, tak banyak hiburan yang bisa dipilih. Nongkrong di warung kopi, nonton panggung hiburan dangdutan acara pernikahan, atau berbondong-bondong ke pasar malam yang tak terjadwalkan.
Nah, hiburan yang bisa saya nikmati sebagai warga desa di Bengkayang pada Sabtu (15/1) malam, adalah pasar malam. Bersama tiga orang teman dan dana yang terbatas, hiburan rakyat itu dinikmati dengan sekantong gorengan dan kamera pocket pinjaman. Pasar malam yang dihelat di halaman kompi 641 Bengkayang, berisi bermacam permainan dan stan yang menjual aneka pernak-pernik. Permainan andalan yang ditawarkan penyelenggara pasar malam antara lain tong edan, rumah hantu, komedi putar, dan kereta api naga.
Rumah hantu menjadi incaran kami untuk menguji nyali. Suara mengerikan berupa ringkikan tawa yang biasanya diperdengarkan mahluk halus, sudah menggema dari corong pengeras suara. Antrean panjang pengunjung yang ingin menikmati kengerian di rumah hantu, sudah tampak di pintu masuk. Robekan karcis seharga 5.000 di tangan petugas jaga pintu masuk, menertibkan pengunjung dalam bentuk barisan memanjang. Dag dig dug jantung semakin kencang saat mendengar teriakan ngeri para pengunjung yang sedang berada di dalam rumah hantu. Bunyi-bunyian seng dan kawat yang dipukul, semakin memacu adrenalin untuk segera mengetahui seseram apakah hantu yang ada di dalam rumah buatan itu.
Giliran kamipun tiba. Usai melewati pintu masuk, kami harus menaiki anak tangga kayu dengan cahaya seadanya. Dinding triplek, susunan seng tak beraturan, lampu yang remang-remang, alunan musik yang menyeramkan, dan teriakan histeris kaget pengunjung, menjadi back sound musik melangkahkan kaki memasuki rumah hantu. Setelah menuruni anak tangga di ujung koridor ruangan, suasana semakin mencekam. Gelap mendominasi ruangan. Sesosok tubuh tampak berdiri di dinding triplek dalam gelap. Dalam hati sudah bertanya, apakah sosok itu hantu?.... Perlahan, kami melangkahkan kaki. Kamera pocket di tangan saya, sudah dalam kondisi siap dijepret, mengabadikan momen ngeri di rumah hantu. Langkah semakin dekat pada sosok itu. Kepala sosok bertubuh kurus tampak sedikit bergerak kea rah kami. Dan....jepret, lampu kamera menyala di ruang gelap. Sosok berdiri terlihat wujudnya. Ternyata, bukan sosok itu hantunya. Ia memberitahu arah yang harus kami tuju selanjutnya. Sialan, kami sudah bergidik ngeri, eh, ternyata bukan hantu.
Perasaan takut akhirnya harus ditahan sejenak. Lorong gelap itu buntu dan berbelok ke kiri. Sosok yang kami temui tadi mengatakan hantu berada di dalam ruangan gelap tepat saat kami belok kiri. Detak jantung semakin kencang. Bunyi jendela dari kawat berbunyi keras. Dinding triplek juga terdengar dipukul tangan. Perlahan, saat kaki sudah di depan ruangan yang diberitahukan, kami mengarahkan kepala ke samping kiri. Ada sesosok tubuh berbungkus kain putih. Sosok yang menyerupai pocong. Nafas kami tertahan. Sosok itu mendekat perlahan. Kami merasakan ketakutan. Suasana ngeri dengan ruangan penuh teriakan. Dan...."foto.... foto....," anak yang menjadi tokoh hantu dalam rumah itu, minta difoto. Saya dan teman, terdiam. Kami terheran dan geleng-geleng kepala dalam cahaya remang. Niat hati merasakan kengerian godaan mahluk halus, tak tercapai. Ternyata, anak yang menjadi tokoh hantu itu banci foto. Bahkan, tokoh hantu di ruang lain juga terkontaminasi minta difoto juga. Setelah kilau jepretan kamera menerangi ruangan, wajah tokoh hantu tidak mengerikan sama sekali.
Meski tak bisa merasakan sensasi kengerian yang amat sangat di rumah hantu, kami menikmati suasana pasar malam. Permainan lempar gelang menjadi incaran berikutnya. Modal 1.000 perak, kami bisa mencoba peruntungan empat gelang untuk dilemparkan pada kaleng minuman. Setelah lima kali menukar uang dengan gelang rotan, kami mencoba melempar satu persatu. Setelah dicoba, akhirnya ada satu gelang yang tertambat pada kaleng minuman. Lumayanlah, daripada tidak dapat apa-apa. Setelah berkeliling pasar malam, kamipun memutuskan pulang. Perut lapar dan rencana nungkrung di warung kopi sudah tertera dalam agenda mengisi hiburan kami. Meski sederhana dan murah meriah, acara hiburan ini bisa menghilangkan sedikit stress yang mendera. Oh iya, pasar malamnya masih berlangsung. Silakan datang untuk mencobanya. Siapa tahu Anda bisa rileks dan kembali segar untuk menjalani rutinitas Anda.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
pasar malem jadi inget sama mertua, kalo udah lihat pasar malem kayaknya exited banget..
Posting Komentar