a traveler, a backpacker, food lover

Selasa, 15 Januari 2013

Ribetnya Buat Video Journey @IniBaruHidup

Tidak ada komentar :
Awal Desember 2012, mata saya terpaku pada satu iklan di Facebook yang mengabarkan diadakannya kontes Nescafe Journey 2, dimana juaranya bisa keliling Indonesia. Sebagai penggila traveling dan senang akan tantangan dengan mengunjungi tempat baru, iklan tersebut saya klik dan ikuti, tentunya dengan semangat ’45 yang membara. Setelah membaca aturan dan mendaftar sebagai peserta kontes, saya memilih Nicholas Saputra sebagai aspirer untuk menjalankan misi exploring youth culture. Kenapa? Bagi saya, budaya adalah cermin Indonesia yang indah, subur, ramah, dan luas. Sehingga, mengenal anekaragam budaya yang tersebar seantero Indonesia ibarat mencoba mengenal diri sendiri. Mengenal lebih dekat kepala, leher, badan, tangan, hingga kaki. Membayangkan semua anggota tubuh itu seperti budaya yang ada di Indonesia, yang menjadi satu membentuk tubuh berwujud saya.

Alasan lain saya tidak memilih dua aspirer lain adalah, misi ‘save shark’ yang diberi Rayani Djangkaru sangat sulit untuk dilakukan. Terbatasnya waktu dan keadaan saya yang tinggal di desa, sangat sulit untuk mengubek-ubek Kalimantan Barat dalam mencari semua hal yang berkaitan dengan tema. Kecuali, browsing internet, yang sama saja artinya dengan tidak menjalankan misi. Sedangkan misi ‘meeting new people’ yang diberi Imam Darto, sudah sering saya lakukan. Contohnya, sebagai wedding fotografer amatiran pemula tingkat kampung, saya terkadang berbincang dan memotret orang yang belum saya kenal sebelumnya. 

Misi exploring youth culture yang saya sertakan dalam kontes Nescafe Journey 2 adalah tulisan serta foto budaya Nyempaok dan Perahu Tambe. Nyempaok adalah mencari ikan di sungai atau lahan berair yang mengering secara beramai-ramai, yang dilakukan oleh anak-anak hingga orang tua, penduduk bersuku Dayak Bakati. Momen ini saya temui saat berkunjung ke rumah nenek di Bengkayang. Sedangkan Perahu Tambe adalah budaya Dayak Tamambaloh di Kapuas Hulu, yang merupakan acara adat penyambutan bagi anggota keluarga baru dalam pernikahan, atau penyambutan bagi tamu baru yang datang ke kampung tersebut.

Dua foto dan tulisan tersebut berujung pada ‘email cinta’ yang baru saya lihat pada 14 Desember 2012, malam. Email yang mengabarkan bahwa saya lolos sebagai satu dari 60 orang Sobat Journey Nescafe aka @IniBaruHidup, yang masuk ke tahap berikutnya, untuk membuat video dengan durasi 5 menit yang diunggah di Youtube. Tugas yang membuat saya puyeng tujuh keliling karena deadline hingga 17 Desember 2012, pukul 18.00 WIB. Aaarrrrggghhhh….siapa yang bisa bantu shooting video untuk saya di kampung ini????

Menuju Menjalin

‘tunggu video saya’, itu yang saya posting di status Facebook. Meski bagaimana pun, usaha untuk membuat video musti terlaksana. Bayangan akan traveling keliling Indonesia sudah membentang di depan mata, bak wanita cantik minta dipinang. Video harus siap sebelum deadline! Permasalahannya adalah siapa yang mau bantu shooting, pakai alat apa, dan konsep videonya apa? HUH, gak ada tugas yang lebih gampang po? Nulis artikel, misalnya! 

Pusing mikir, akhirnya dapat pula solusinya. Pas ngobrol dengan si bontot, tu adik tersayang mengajukan pacarnya untuk bantu-bantu. Kebetulan, pacar si bontot punya handycam. Tanpa membuang waktu, pacar si bontot yang menetap di kampung ujung yang berbeda kecamatan dengan saya, langsung dihubungi. Hasilnya? Janjian ketemuan tanggal 15 Desember 2012 di kampung pacar si bontot, untuk ngomongin konsep video. Really love you, God!

Sabtu siang yang cerah tertanggal 15 Desember 2012. Motor Jet cooled meluncur pelan dari jalanan Pasar Toho menuju Menjalin. Kamera yang baru dibeli 5 bulan lalu, dibawa serta untuk antisipasi bila diperlukan. Dalam benak sudah ditanam niat : hari ini video harus kelar! Mengingat harus diunggah di Youtube. Sekitar satu jam perjalanan, Jet Cooled berhenti di depan satu bangunan, dekat jejeran jeriken bensin eceran. Bangunan semen yang tak terlalu luas itu memang menjadi bangunan untuk menjual jasa ‘ada banyak’. Maklum, di kampung. Satu tempat yang menawarkan jasa pengetikan, ngeprint, foto, hingga menjual bunga hasil kerajinan tangan dan bensin. Yordan, pacar si bontot, terlihat sedang mengetik di depan laptopnya. Melihat calon abang ipar datang, ia menghentikan ketikan dan mengambil bangku plastik dari ruang samping. Usai mempersilakan duduk, ia membuat segelas kopi. 

“Konsepnya apa, bang?”

Pertanyaan Yordan kujawab dengan bahu yang terangkat dan kedua tangan terbuka ke atas. Sama sekali belum tahu konsep dari video tersebut. Saya hanya membayangkan, ia meng-shoot saya di lokasi betang (rumah panjang) Menjalin. Itu saja.

“Siap, selesai ngopi, kita berangkat,” katanya.


Making the video

Sambil ngopi, Yordan mengemaskan handycam dalam tas. Saat saya menyeruput cairan kopi terakhir, ia menutup pintu lipat kayu tokonya. Kami menuju betang yang berjarak sekitar 15 menit berkendara dari toko tersebut. Jet Cooled masih menjadi partner setia menuju lokasi itu. 

Tepat di lapangan bola, motor yang kami kendarai berbelok menuju jalan ke betang. Rumah panjang suku Dayak yang dibangun sejak 1995 untuk acara adat Naik Dango itu, masih berdiri megah dan terawat. Sayang, sampah plastik yang bertebaran di belakang betang, mengganggu keindahan pemandangan.

Ini merupakan pertama kalinya saya mengunjungi betang di Menjalin. Beruntung, pintu betang terbuka semua karena ada kegiatan pemilihan Dewan Adat Dayak di Menjalin, sehingga saya bisa melihat-lihat isi di dalam bangunan. Dan hulaaaa….saya bertemu Pak Camat yang dulunya adalah guru SMA saya. Ngobrol-ngobrol sejenak dengan beliau, sambil menceritakan maksud tujuan berada di betang. Jangan sampai, beliau dan orang yang ada di betang sampai ‘salah mengira’ melihat kami membawa handycam.


Pengambilan gambar pun dimulai saat Pak Camat pamit pulang. Bagian dalam dan luar betang menjadi latar saya dalam video. Beberapa kali harus take ulang karena saya tak mampu menahan tawa, lupa apa yang mau diomongkan, dan gangguan dari pengurus betang yang sedang beres-beres ruangan. BAH!. Karena sudah sore, shooting dihentikan dan akan dilanjutkan lagi esok hari, di lokasi persawahan dan hutan yang ada di desa Pak Ona, Toho.

Jujur, selama perjalanan pulang dari Menjalin-Toho, saya khawatir akan nasib video tersebut. Besok hari Minggu, yang berarti satu hari sebelum batas terakhir pengiriman. Shooting belum kelar. Belum lagi ditambah untuk mengedit. Kekhawatiran utama adalah listrik mati. Laptop si Yordan error baterainya. Jika listrik mati, tu laptop ikutan juga. Maklum, nyawa tu laptop seiya sekata dengan nyawa si listrik. Beuhhhhh… Sangking kepikiran terus, saya pun sukses tidak tidur semalaman. Viva kopi!!!!!

Saat nyokap dan si bontot ke gereja pukul 09.00 WIB, saya pun berkelana menuju desa Pak Ona. Kebetulan si Yordan udah ngetem di rumah pamannya di sana, setelah malam mingguan dengan si bontot. Tanpa banyak membuang waktu, kami berjalan kaki menuju persawahan yang harus melewati rimbunan hutan dan kebun durian penduduk setempat. Beruntung hari cerah. Sehingga, proses pengambilan gambar pun tidak terganggu. Pukul 13.15 WIB, kami sudah menyelesaikan shooting.

Kerut kening pun dimulai saat proses editing di rumah paman si Yordan. Bertemankan kopi dan sebaskom buah rambutan, pilah-pilih gambar dan pencocokan lagu membuat kepala saya mulai terasa nyut-nyut. Penderitaan yang komplit. Bukan perkara mudah untuk mengedit video bagi saya dan Yordan yang masih amatir. Proses kerut kening itu pun selesai pukul 21.00 WIB, dimana saya langsung pamit untuk mengunggah ke Youtube di rumah, menggunakan bantuan notebook dan modem. Sekitar pukul 22.00 WIB, video saya sudah terpasang di Youtube dan bisa tidur pulas di hari Senin tanpa memikul beban khawatir. :D Finally, I Am Not Win the Contest

Bagi saya, video tersebut bisa menjadi kado natal yang menanti pengumuman pemenangnya di tanggal 7 Januari 2013. Usaha ‘merayu’ teman-teman di facebook untuk memberi rekomendasi, terus dilakukan hingga sehari sebelum pengumaman. Tentunya sesuai ‘anjuran’ dari aplikasi @IniBaruHidup.

Dag dig dug duer dalam hati menanti pengumuman pemenang, yang dengan harap-harap cemas saya lihat secara perlahan di halaman Nescafe ID di facebook. Dan akhirnya, saya tidak menang dalam kontes tersebut. Tapi, setidaknya saya sudah berusaha untuk menang, walau tidak menang. Hingga, saya selalu risau dan mupeng tiap kali membuka aplikasi itu dari akun facebook saya. 

Ya, finally I am not win the contest. How poor i am. :D

Tidak ada komentar :